KONSEP CEMAS, STRESS DAN ADAPTASI
Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada
manusia
1. Rasa cemas ringan
2. Rasa cemas sedang
3. Rasa cemas berat
4. Panik
Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif.
Penyebab rasa cemas dapat
dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu :
a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman
akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
orang/benda yang dicintai, perubahan status sosial/ekonomi.
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak,
remaja.
Gejala-gejala kecemasan
ditandai pada tiga aspek :
a. Aspek biologis/fisiologis,
seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek
dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang,
mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh,
pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
b. Aspek intelektual/kognitif;
seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak
bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa,
orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.
c. Aspek emosional dan
perilaku; seperti penarikan diri, depresi,
mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme.
Pembagian rasa cemas
1. Rasa cemas ringan:
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
Keadaan ini akan meningkatkan persepsi individu, yang mengakibatkan orang akan
berhati-hati/waspada dan mendorong manusia untuk belajar serta kreatif.
2. Rasa cemas sedang:
lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan
hal lainnya.
3. Rasa cemas berat:
lapangan persepsi sangat menurun.
Orang hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya.
Individu tak mampu berpikir lagi, dia sudah harus diberi pertolongan/tuntunan.
4. Panik: lapangan persepsi
sudah sangat sempit. Individu tidak dapat mengendalikan diri lagi.
Bila manusia
salah orientasi; ketika menghadapi masalah pelik; rasa dan periksa tidak
berfungsi;
Disebut orang sedang panik.
STRESS ADAPTASI
STRESS
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan
setiap hari yang tidak dapat dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian
Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan
stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta
Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat,
perkawinan, jatuh cinta
JENIS STRESS
Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress psikologis atau emosional
Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda
bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar
digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,”
“prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut
kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan
agresi Adalah perasaan jengkel sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum
lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi
ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar
dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak
sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya
gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2
respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan
General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local
Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons
setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan
penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka
pendek.
Karakteristik
dari LAS :
1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat restorative.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya
respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti
yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan
diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat
dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi
dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh
darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel
darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga
protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera
tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan
bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari
kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan
benda tajam.
Bagaimana
dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres.
Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem
Neuroendokrin.
2. General
Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.
Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer
dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti
pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya
menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan
kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan
adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut
jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2
dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons
melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam.
Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau
normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac
out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini
berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu
tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan
tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri
terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri
koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan
dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu
lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap
stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
KONSEP
ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.
Stress
terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam
fisik atau psikologisnya
Peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian
adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi
melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976,
; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau
berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh
karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus
mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI
FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi
dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak
selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan
indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya
meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat
aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan
intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai
sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari
semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut
interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat
mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi
adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic,
kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat,
dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang
penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan
dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman
terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi
peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga
karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga
karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen
terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
ü Ansietas
ü Depresi
ü Kepenatan
ü Peningkatan penggunaan bahan
kimia
ü Perubahan dalam kebiasaan
makan, tidur, dan pola aktivitas.
ü Kelelahan mental
ü Perasaan tidak adekuat
ü Kehilangan harga diri
ü Peningkatan kepekaan
ü Kehilangan motivasi.
ü Ledakan emosional dan
menangis.
ü Penurunan produktivitas dan
kualitas kinerja pekerjaan.
ü Kecendrungan untuk membuat
kesalahan (mis. buruknya penilaian).
ü Mudah lupa dan pikiran buntu
ü Kehilangan perhatian terhadap
hal-hal yang rinci.
ü Preokupasi (mis. mimpi siang
hari )
ü Ketidakmampuan berkonsentrasi
pada tugas.
ü Peningkatan ketidakhadiran dan
penyakit
ü Letargi
ü Kehilangan minat
ü Rentan terhadap kecelakaan.
ADAPTASI
PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya
menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang
ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi
atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam
lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri
yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber
et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu
mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman
dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh
ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan
berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung
sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan
keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
MANAJEMEN
STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau
intervensi atau mengubah pertukaranrespon terhadap penyakit.
Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan
keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang
dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
MANAJEMEN
STRESS UNTUK KLIEN
—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS
Cara
Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal
ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan
pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada
bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya :
bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik,
terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali
Berorientasi
pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif,
rasional
Pembelaan ego
Melindungi individu dari kecemasan
Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
Menjaga harga diri
Misalnya :
seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara
terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah
Reaksi
tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang
memuaskan
Mekanisme
Pembelaan EGO
Bila
digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan
lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak
realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas
pemutarbalikan realitas)
Mekanisme Pembelaan
EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi
tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa
harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang
ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma
dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang
dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas
kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan,
impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga
menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu
mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi
terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat
primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang
adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir
dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya
ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu
kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera
memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda,
orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah
pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima
oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena
mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah
bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan
pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari
pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam
hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang
tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak
dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau
hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan
kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan
masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran
/identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri
seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak
mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit
sehingga tidak masuk kuliah